riautama.com, Rohil - Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Rokan Hilir Jaswadi menyampaikan keluhan serius terkait sulitnya para nelayan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar subsidi.
Melalui Surat Terbuka bernomor 85/03/DPC-HNSI/ROHIL/VIII/2025 yang diterbitkan pada Senin (18/8/2025), Ketua HNSI menyoroti krisis solar yang dinilai mengancam keberlangsungan hidup nelayan beserta keluarga mereka.
Ia juga mengungkapkan sejak 7 Agustus 2025 para nelayan tidak bisa membeli solar bersubsidi di SPBU yang dikelola BUMD PT SPRH milik Pemkab Rokan Hilir. Kondisi ini diperparah dengan adanya pemeriksaan Polda Riau pasca operasi tangkap tangan (OTT) terhadap oknum yang diduga menyelewengkan distribusi BBM subsidi tersebut.
"Nelayan sudah berhari-hari tidak bisa melaut karena tidak mendapatkan minyak solar. Padahal, ini kebutuhan pokok bagi kami untuk mencari nafkah,” tegas Jaswadi dalam surat terbuka itu.
Ketua HNSI menilai koordinasi pemerintah dalam pengaturan distribusi solar bersubsidi melalui SPBU swasta di Bintang Ujung belum berjalan efektif. Kuota terbatas dan aturan ketat dari operator membuat nelayan sering kali tidak kebagian solar. Padahal, sesuai aturan perundang-undangan, pemerintah wajib menjamin akses energi bagi nelayan, termasuk melalui subsidi.
Dalam surat terbuka tersebut, Ketua HNSI mendesak pemerintah segera mengambil langkah cepat dengan tiga opsi kebijakan:
1. Membuka kembali pembelian solar bersubsidi di SPBU yang dikelola BUMD PT SPRH Rokan Hilir.
2. Menyalurkan langsung solar bersubsidi kepada nelayan melalui HNSI.
3. Memberikan solusi konkrit dalam 1 x 24 jam agar kebutuhan pokok solar untuk melaut segera terpenuhi.
Dalam hal itu, Sekretaris HNSI Rokan Hilir, Kamandani S.IP, juga mengungkapkan, Jika kebutuhan solar ini terus tersendat, maka ribuan nelayan terancam kehilangan mata pencaharian, sementara keluarga mereka juga ikut terdampak.
"Kalau terus seperti ini dan tidak ada solusi maka ribuan nelayan akan terancam kehilangan mata pencaharian, sementara anak istri dan keluarga seluruh nelayan yang ada di Kabupaten Rokan Hilir ini juga ikut terdampak, "Keluhnya berharap ada solusi dari Pemerintah Rohil.
Surat terbuka tersebut ditembuskan ke berbagai pihak, termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), DPP HNSI, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau, Bupati Rokan Hilir, DPRD Rokan Hilir, hingga Pertamina.
Sekretaris HNSI Rohil berharap, pemerintah daerah maupun pusat segera merespons agar nelayan kembali bisa melaut tanpa terkendala BBM.**Ikang Fauzi
Social Footer