“Bukan kebahagiaan yang menjadikan kita bersyukur, tetapi dengan bersyukur, kita menjadi bahagia.” Di tengah perjalanan menuju kantor kemarin sembari melihat update berita di media sosial, saya tiba-tiba menemukan kalimat di atas. Sejenak saya renungkan, dan entah kenapa memori saya langsung kembali ke masa perjuangan untuk “recovery” pasca sakit dua tahun lalu. Kasih dan karunia Tuhan Yesus Kristus begitu besar saya rasakan, melingkupi hidup dan memberi kekuatan untuk terus melangkah. Kadang saya masih bertanya, kasih-Nya yang mana paling patut saya syukuri. Apakah karena tubuh ini masih mampu plank seratus detik setiap hari ? Ataukah karena menyaksikan banyak lulusan dari Kampus DEL, yang berasal dari desa kecil di tepian Danau Toba, kini melanjutkan studinya di kampus-kampus bergengsi dunia? Namun, satu hal yang pasti bahwa semua itu tak akan pernah terwujud tanpa kehadiran dan dukungan orang-orang terkasih yang setia mendampingi, di kala sehat maupun sakit. Hal lain yang juga saya syukuri adalah masih menjalin banyak pertemanan. Saya beruntung dikelilingi sahabat, kolega, dan tim yang berintegritas. Banyak dari mereka adalah sosok yang rela menyumbangkan waktu dan tenaga demi keberlanjutan bangsa. Dari banyak pengalaman bekerja di multi sektor, saya belajar satu hal ; tidak ada kepemimpinan yang berhasil tanpa kerja sama tim yang solid. Seperti pepatah Batak, “Tampulon na so boi diangguk, alai boi disonari.” Beban yang tak bisa diangkat sendiri, akan ringan bila dipikul bersama. Harapan saya masih, dan akan selalu sederhana setiap menyambut berkurangnya usia; semoga Ibu Pertiwi mampu menjadi negara berpendapatan tinggi suatu hari nanti. Potensi itu ada, dan saya percaya bahwa penentunya bukan hanya kebijakan atau strategi, melainkan kesediaan kita untuk berbagi jalan bersama. Seperti halnya anyaman ulos, sehelai benang mungkin bisa rapuh, tetapi ketika dipintal bersama, ia menjadi kuat dan indah. Begitu juga dengan kekompakan, kerja sama, dan perkawanan yang akan mengantarkan kita pada keberhasilan cita-cita bersama, mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Iklan Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia Ke - 80
Rohul,
Iklan Peringatan Hari Peristiwa Gerakan 30 September PKI
Rohul,
PT. Putra Riau Tama News ( Riautama.com Group ) Haturkan Selamat Ulang Tahun - 78 Kepada BapPurnaw
PPPT Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke - 78 Buat Jendral Purnawirawan Luhut Binsar Panjaitan
“Bukan kebahagiaan yang menjadikan kita bersyukur, tetapi dengan bersyukur, kita menjadi bahagia.” Di tengah perjalanan menuju kantor kemarin sembari melihat update berita di media sosial, saya tiba-tiba menemukan kalimat di atas. Sejenak saya renungkan, dan entah kenapa memori saya langsung kembali ke masa perjuangan untuk “recovery” pasca sakit dua tahun lalu. Kasih dan karunia Tuhan Yesus Kristus begitu besar saya rasakan, melingkupi hidup dan memberi kekuatan untuk terus melangkah. Kadang saya masih bertanya, kasih-Nya yang mana paling patut saya syukuri. Apakah karena tubuh ini masih mampu plank seratus detik setiap hari ? Ataukah karena menyaksikan banyak lulusan dari Kampus DEL, yang berasal dari desa kecil di tepian Danau Toba, kini melanjutkan studinya di kampus-kampus bergengsi dunia? Namun, satu hal yang pasti bahwa semua itu tak akan pernah terwujud tanpa kehadiran dan dukungan orang-orang terkasih yang setia mendampingi, di kala sehat maupun sakit. Hal lain yang juga saya syukuri adalah masih menjalin banyak pertemanan. Saya beruntung dikelilingi sahabat, kolega, dan tim yang berintegritas. Banyak dari mereka adalah sosok yang rela menyumbangkan waktu dan tenaga demi keberlanjutan bangsa. Dari banyak pengalaman bekerja di multi sektor, saya belajar satu hal ; tidak ada kepemimpinan yang berhasil tanpa kerja sama tim yang solid. Seperti pepatah Batak, “Tampulon na so boi diangguk, alai boi disonari.” Beban yang tak bisa diangkat sendiri, akan ringan bila dipikul bersama. Harapan saya masih, dan akan selalu sederhana setiap menyambut berkurangnya usia; semoga Ibu Pertiwi mampu menjadi negara berpendapatan tinggi suatu hari nanti. Potensi itu ada, dan saya percaya bahwa penentunya bukan hanya kebijakan atau strategi, melainkan kesediaan kita untuk berbagi jalan bersama. Seperti halnya anyaman ulos, sehelai benang mungkin bisa rapuh, tetapi ketika dipintal bersama, ia menjadi kuat dan indah. Begitu juga dengan kekompakan, kerja sama, dan perkawanan yang akan mengantarkan kita pada keberhasilan cita-cita bersama, mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Selamat Ulang Tahun Yang Ke - 78 Tahun Jendral Purnawirawan Luhut Binsar Panjaitan
“Bukan kebahagiaan yang menjadikan kita bersyukur, tetapi dengan bersyukur, kita menjadi bahagia.” Di tengah perjalanan menuju kantor kemarin sembari melihat update berita di media sosial, saya tiba-tiba menemukan kalimat di atas. Sejenak saya renungkan, dan entah kenapa memori saya langsung kembali ke masa perjuangan untuk “recovery” pasca sakit dua tahun lalu. Kasih dan karunia Tuhan Yesus Kristus begitu besar saya rasakan, melingkupi hidup dan memberi kekuatan untuk terus melangkah. Kadang saya masih bertanya, kasih-Nya yang mana paling patut saya syukuri. Apakah karena tubuh ini masih mampu plank seratus detik setiap hari ? Ataukah karena menyaksikan banyak lulusan dari Kampus DEL, yang berasal dari desa kecil di tepian Danau Toba, kini melanjutkan studinya di kampus-kampus bergengsi dunia? Namun, satu hal yang pasti bahwa semua itu tak akan pernah terwujud tanpa kehadiran dan dukungan orang-orang terkasih yang setia mendampingi, di kala sehat maupun sakit. Hal lain yang juga saya syukuri adalah masih menjalin banyak pertemanan. Saya beruntung dikelilingi sahabat, kolega, dan tim yang berintegritas. Banyak dari mereka adalah sosok yang rela menyumbangkan waktu dan tenaga demi keberlanjutan bangsa. Dari banyak pengalaman bekerja di multi sektor, saya belajar satu hal ; tidak ada kepemimpinan yang berhasil tanpa kerja sama tim yang solid. Seperti pepatah Batak, “Tampulon na so boi diangguk, alai boi disonari.” Beban yang tak bisa diangkat sendiri, akan ringan bila dipikul bersama. Harapan saya masih, dan akan selalu sederhana setiap menyambut berkurangnya usia; semoga Ibu Pertiwi mampu menjadi negara berpendapatan tinggi suatu hari nanti. Potensi itu ada, dan saya percaya bahwa penentunya bukan hanya kebijakan atau strategi, melainkan kesediaan kita untuk berbagi jalan bersama. Seperti halnya anyaman ulos, sehelai benang mungkin bisa rapuh, tetapi ketika dipintal bersama, ia menjadi kuat dan indah. Begitu juga dengan kekompakan, kerja sama, dan perkawanan yang akan mengantarkan kita pada keberhasilan cita-cita bersama, mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Social Footer